Home » » Maccarita --> Munaskoh XXI Jakarta

Maccarita --> Munaskoh XXI Jakarta

Written By Unknown on Jumat, 10 Mei 2013 | 10.12



Tepat pada 16 Maret 2013 dilaksanakan Pembukaan Munaskoh (Musyawarah Nasioanal KOHATI). Gedung Serbaguna 2 Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, yang  dipenuhi HMI-Wati dari seluruh cabang se-Indonesia.
Keesokan harinya, sesuai jadwal  sedianya Forum Musyawarah Nasional KOHATI seharusnya  masuk pleno 1 yakni pembahasan Agenda acara dan Tata Tertib. Namun, entah mengapa hingga  18 Maret forum tak kunjung dimulai.
Peserta Munas dari seluruh Indonesia mendesak Steering Comitte Munas untuk segera memulainya. Maka dibukalah forum tanya jawab 18 Maret 2013 Gedung Serba Guna 3 Asrama Haji Pondok Gede  Jakarta Timur.
Diforum itu, peserta Munas mempertanyakan kepada SC mengapa Munas tak kunjung dimulai, mestinya tanggal 17 sesuai agenda, peserta sudah membahas mekanisme yang ditentukan.
            SC Munas seperti kak Nilam Wulandari dan Kak Irene Widiastomo pun memberikan penjelasan.
Menarik, pada kesempatan kali itu Ketum KOHATI PB ikut memberi keterangan, bahwa persiapan menuju munas itu kurang dari dua minggu, yang menyebabkan belum maksimalnya kerja panitia yang berefek pada belum dimulainya forum hingga saat ini. Gubraaakkk……..
Akhirnya dialog yang sangat melelahkan itu (apalagi bagi SC hehehehehe) keesokan hari dilanjut lagi.
Persoalan yang lebih besar dan menurut saya mesti diselesaikan oleh SC secepatnya adalah masalah dualisme KOHATI, masalah ini mesti dicarikan solusi sebelum masuk Pleno1.
Tapi,yang terjadi keesokan harinya adalah masuk Pleno 1 yaitu pembahasan agenda acara dan tatib sementara masalah dualisme KOHATI belum menemui titik terang.
Mengapa bisa dilanjut? Itu karena peserta Munas dari cabang yang “baik-baik saja” menginginkan untuk dilanjut tanpa memperdulikan persoalan dualisme. Ini yang kami tidak sepakat, dan menyarankan kepada SC untuk menyelesaikan terlebih dahulu persoalan ini baru kemudian dilanjut.
Mengapa demikian ? karena meskipun forum dilanjut, pasti akan mengakibatkan kericuhan, karena tentunya cabang-cabang yang bermasalah ini akan menuntut itu harus diselesaikan.
 Dan benar saja kan … ?
Pada saat Forum berlangsung selalu ada riak-riak menuntut agar persolan dualisme ini diselesaikan terlebih dahulu baru kemudian forum dilanjutkan. Dan ricuh lagi, ricuh lagi…
Baiklah, selanjutnya karena di forum selalu saja ricuh karena selalu  ada yang“angkat-angkat” ini masalah dualisme ke permukaan. Hingga SC memending sidang, untuk menyelesaikan masalah ini.
Diundanglah satu per satu  KOHATI Cabang yang bermasalah di kamar SC di D4 lantai dasar.
            Singkat cerita, KOHATI Gowa Raya mendapat undangan oleh SC. Saya dan Ketum Wiwin pun segera ke Gedung D4, kamar SC Munas.Ketum KOHATI “sebelah” pun diundang dan kami dipertemukan.
Pertanyaan mendasar adalah mengapa KOHATI Cabang Gowa Raya bisa dualisme ?
Kami yang menjelaskan kronologinya secara panjang lebar.Di kamar SC. Pada saat itu semua SC hadir kecuali Kak Hafida Farwa.
Pertanyaan selanjutnya dari Kak Nilam, apakah setelah itu tidak ada upaya penyatuan de? 
Ketum Wiwin : “sudah pernah Kak, setelah dimediasi oleh KOHATI Badko Sulselbar juga tidak membawa perubahan, KOHATI tetap dualisme, kami silaturahim dengan Kak Nuzul (mantan sekumnya K’Sisin),dan Qalbi juga hadir pada saat itu. Beliau memberikan kami solusi pada saat itu, dan  lagi- lagi Kami diminta menyatu sebelum Munas”. Tandasnya

            Tapi, lagi-lagi mereka yang tidak mau. Mengapa saya bilang tidak mau? Karena seminggu setelah pertemuan itu, saya pertanyakan kembali tawaran penyatuan, tapi alasannya KOHATI “sebelah” belum rapat presidium. Whattssss ??? Padahal, besok kami sudah pasti berangkat ke Jakarta.
Setelah penjelasan itu, steering mulai paham persoalannya. Dan mengajukan pertanyaan kepada Ketum Wiwin dan Ketum Darti.
Kak Nilam  : “lalu de’ apa maunya sekarang? coba saya mau dengar. 
Darti : (sempat diam beberapa saat)” kalau saya , saya tetap, saya mau jadi peserta penuh” waoowww…..
Lalu mana Ketum yang satu? Saya mau dengar apa maunya. 
Wiwin : “Kalau Darti mau jadi peserta penuh, saya juga mau jadi peserta penuh, tapi kalau SC tidak  bisa bersikap, lebih baik KOHATI Gowa Raya diputihkan , sebagai pembelajaran kalau dualisme itu tidak baik” 
“ suasana hening beberapa detikkkkk……”
            Kemudian, Kak Irene menghadirkan tawaran solusi. Bagaimana kalau untuk sementara KOHATI  Gowa  Raya dua-duanya  peninjausaja? Kalian kan sudah  jauh-jauh dari Makassar de, sayang kalau kalian tidak merasakan forum munas, sembari menunggu SC Kongres menyelesaikan verifikasi cabang.
Saya dan Wiwin sepakat.
Tapi, lagi-lagi Darti dan kawan- kawan tidak mau.Mereka menuntut SC agar mereka yang menjadi Peserta Penuh, dengan segala pembenaran mereka.
Sontak SC jengkel, apalagi kami. Suasana menegang, pada saat itu Kak Waode Herlina pun memberi penjelasan, Ketua KOHATI Badko Sulselbar juga.
Karena tawaran dari SC ditolak olehDarti, maka untuk sementara KOHATI Cabang Gowa Raya diputihkan.
KOHATI “sebelah” pamit duluan meninggalkan kamar SC. Saya, Ketum Wiwin dan adek-adek pamit belakangan. Saya pamit kepada semua SC, dan terakhir kepada Kak Nilam.
Menarik, Kak Nilam bilang kepada saya, kami sudah bisa menilai de’ yang mana yang benar. Saya pun tersenyum dan bergegas meninggalkan kamar SC.
Kami tidak dapat mengawal sidang Pleno1. Setelah pemilihan Presidium sidang kami baru  diperbolehkan masuk forum, SC memutuskan untuk menjadikan kami peserta peninjau pun begitu dengan KOHATI “sebelah”. Terlepas,Darti sepakat atau tidak.
Bersambung ……

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. , - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger