Oleh : Vina Irmayanti Syam
Keberadaan KOHATI sebagai sebuah lembaga dibawah naungan HMI cabang Gowa Raya, sudah terhitung lama. Alasan pendiriannya adalah untuk lebih memberdayakan kader-kader perempuan HMI Cabang Gowa Raya. Kohati sebagaimana lembaga lainnya di HMI seperti LDMI, LAPMI, LEMI, LKMI dan lainnya. Sejak beberapa tahun terakhir, seiring dengan bergulir kencangnya dinamika perpolitikan di HMI Cabang Gowa Raya, keberadaan Kohati cabang Gowa Raya mulai redup. Tidak ada kebijakan yang bersifat tegas dan mengikat untuk mengatur tentang keberadaan Kohati dalam konteks HMI cabang Gowa raya secara makro. Misalnya, struktur Kohati harus ada dalam sebuah struktur HMI yang terdapat kader-kader perempuan, atau sebaliknya meniadakannya sama sekali. Semuanya dibiarkan begitu saja tergantung keinginan kader-kader yang berada dalam struktur masing-masing baik di tingkat komisariat, korkom ataupun cabang di Gowa Raya.
Akibatnya, yang terjadi bukannya kader-kader Kohati menjadi semakin berdaya, tetapi kader-kader Kohati menjadi semakin lemah karena tidak ada koordinasi tentang pelaksanaan program secara terarah dan terstruktur. Alasan tersebut diatas dikarenakan sumber daya manusia kader yang belum memadai. Aturan dan fungsi kader yang telah digariskan dalam konstitusi diabaikan dan hanya bertindak tiba masa tiba akal itu dikarenakan tidak adanya visi yang jelas setiap kader. Lagi-lagi persoalan sumber daya manusia, mengabaikannya maka tunggulah kemunduran kader.
Polemik ditubuh HMI menjadikan KOHATI sebagai lembaga harus memilih bekerja mandiri ataupun tak bekerja sama sekali. KOHATI kadang kala digunakan hanya sebagai alat penglegitimasian HMI utamanya di cabang Gowa raya. “Terbinanya Muslimah berkualitas Insan Cita” kini tak menjadi tujuan lagi. Tapi Kohati saat ini memilki tujuan baru yakni “menglegitimasikan HMI setingkat dan ikut serta dalam kancah perpolitikan HMI” sungguh sangat ironi melihat kondisi yang seperti ini. Tak ada yang bisa memungkiri bahwa Kohati di Gowa Raya mulai disibukkan oleh penaungnya untuk megurusi konflik-konflik yang terjadi. Pertnyaannya haruskah KOHATI pun ikut bertarung dengan pedang, layaknya teman-teman HMI ?. Ini kemudian menyebabkan Kohati di cabang Gowa raya mengalami krisis keintelektualan kader, karna tak adanya perhatian dan ketegasan khusus dari HMI setingkat untuk memberi wadah bagi KOHATI mengembangkan dan membina potensi kader-kader KOHATI.
Mengacu pada persoalan di atas, kita tidak mestilah berlama-lama untuk membicarakannya panjang lebar. Mengulasnya tidak lain hanyalah untuk menyentil sedikit sebagai acuan untuk melaju masa depan KOHATI yang lebih baik. Realitas sekarang membutakan kita bahwa KOHATI kehilangan ruh gerakannya dan hampir tidak ada ide atau pun konsep yang biasa ditawarkan sebagai khasanah kekayaan intelektualnya yang dulu awal kelahiran menjadi ciri khas KOHATI. Penggelembengan untuk menempa intelektual kader digeser sikap hedonisme dan pragmatisme yang mengharuskannya tunduk dan menghamba pada pemegang kekuasaan/penentu kebijakan. Pada hal masih banyak persoalan yang terpampang di depan mata kepala kita yang butuh penanganan dan kritikan membangun.
Mengutip rumusan KAMI dalam buku HMI candradimuka mahasiswa (Solichin) “manifestasi djiwa jang murni jang bersumber pada kedewasaan djiwa dan kesadaran jang mendalam jang tidak sudi melihat diindjak-djaknja keadilan dan kebenaran akibat permainan politik jang tidak sehat sehingga tidak memungkinkan untuk mentjiptakan kebebasan berbitjara dan kebebasan bertindak untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, kezaliman, apatisme, dan menghendaki mentjiptaan hidup jang layak sebagai manusia jang bermartabat”. Untuk itu, KOHATI yang merupakan infrastruktur yang memiliki makna strategis dalam masyarakat, yakni sebagai “komunitas kaum muslimah” yang memilki karateristik keilmuan. Oleh karena itu KOHATI dituntut untuk mengadakan pembinaan bagi kader-kader HMI khususnya HMI-wati. Pembinaan dimaksudkan untuk menciptakan forum atau lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan pengembangkan kualitas kader HMI dan secara khusus membantu kader HMI dalam mencapai tujuannya. KOHATI sebagai bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendekia yang mempunyai tanggung jawab kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk memanifestasikan. Hal ini tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk kesiapan. Namun KOHATI sesuai dengan fungsinya dalam HMI yaitu membina, mengembangkan, serta menghasilkan potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader yang memilki pola pikir yang integral dan utuh, mempunyai tugas utama mengembangkan serta meningkatkan pembentukan kader HMI di bidang pemberdayaan perempuan dengan sedikit mengabaikan polemik yang terjadi di Cabang gowa raya. “JAYALAH KOHATI”

0 komentar:
Posting Komentar